Jakarta – Badminton World Federation (BWF) berjanji untuk melakukan evaluasi terkait undian tunggal putra di Olimpiade Paris 2024. Pernyataan itu untuk menjawab surat protes PBSI yang dikirimkan beberapa waktu lalu.
PBSI, melalui Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI Bambang Roedyanto mengajukan protes resmi kepada induk federasi bulutangkis internasional terkait ketidakadilan yang diterima Jonatan Christie pada fase grup Olimpiade Paris 2024.
Sebagai unggulan ketiga, Jojo, panggilan karibnya, masuk dalam Grup L dan tidak mendapatkan bye pada babak 16 besar.
Kondisi itu pun menjadi kerugian untuknya dibandingkan pemain Denmark Anders Antonsen, yang menempati seeded keempat.
Jonatan Christie harus bermain tiga kali di fase grup. Sedangkan Antonsen yang bakal berlaga di Grup E hanya bermain dua kali di fase grup dan mendapatkan bye hingga langsung bermain di perempat final. Dengan kata lain, Jonatan harus bertanding 7 kali jika sampai ke final, sementara Antonsen hanya 5 kali saja.
Situasi ini membuat PBSI melontarkan protes kepada BWF. Induk federasi bulutangkis nasional itu meminta supaya BWF mengatur jadwal pertandingan yang tepat supaya waktu antar pertandingan yang harus dilalui Jojo tidak terlalu padat.
PBSI juga menyarankan supaya penggunaan sistem pertandingan yang tidak adil seperti ini tidak dipakai lagi pada turnamen-turnamen selanjutnya.
“Dalam surat elektronik yang diterima PBSI, BWF telah memberikan jawaban bahwa kondisi yang tidak menguntungkan Jojo ini merupakan hasil drawing,” dalam keterangan tertulis PBSI, Rabu (17/7/2024).
“Tapi mereka berjanji akan melakukan evaluasi soal drawing ini. BWF juga berjanji untuk mengatur jadwal yang pas antarpertandingan. Hal ini agar para pemain di Grup L mendapatkan istirahat yang cukup.”