Jakarta (cvtogel) — Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menegaskan komitmennya untuk terus melestarikan batik sebagai identitas budaya Indonesia sekaligus penggerak ekonomi kreatif. Penegasan ini disampaikan Ketua Harian Dekranas, Tri Tito Karnavian, dalam workshop “Brushed Batik” di Cikini82, Jakarta, yang digelar dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional.
Menurut Tri, pelestarian batik tak bisa berhenti pada seremoni tahunan, melainkan memerlukan kerja ekosistem yang berkesinambungan—mulai dari penguatan kapasitas perajin, akses pembiayaan, peningkatan kualitas desain dan pewarnaan, hingga promosi yang relevan dengan selera generasi muda. “Inovasi perlu, tapi harus tetap menghormati pakem batik,” ujarnya dalam pemaparannya.
Komitmen itu ikut mengalir ke daerah melalui jaringan Dekranasda. Di Jakarta Pusat, perayaan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2025 ditandai dengan peragaan busana dan parade Batik Betawi yang menonjolkan motif-motif khas Ibukota. Sementara di Sragen, Jawa Tengah, rangkaian “Sragen Batik Fashion” digelar beriringan dengan kelas-kelas edukasi membatik untuk pelajar—langkah yang disebut penting guna memastikan regenerasi perajin.
Sejumlah pengurus Dekranasda provinsi juga menekankan pentingnya kemitraan lintas sektor: sekolah kejuruan, komunitas kreatif, hingga pelaku industri fesyen. Tujuannya agar karya batik tidak hanya kuat secara estetika dan makna, tetapi juga berdaya saing di pasar lokal dan ekspor. Pemerintah daerah didorong mempermudah sertifikasi, menyediakan ruang pamer, serta memfasilitasi kurasi dan standardisasi kualitas.
Pendampingan teknis menjadi fokus lain yang disorot. Program pelatihan pewarnaan ramah lingkungan, digitalisasi katalog motif, serta bimbingan pemasaran daring diharapkan membantu perajin menembus pasar lebih luas tanpa kehilangan karakter lokal. Dekranas juga mendorong kolaborasi dengan desainer muda agar lahir produk turunan—dari busana siap pakai, aksesori, hingga interior—yang tetap berakar pada filosofi batik.
Di sisi hilir, strategi promosi dipacu melalui kampanye tematik dan kalender acara yang tersebar di berbagai daerah, terutama destinasi wisata dan sentra batik. Pendekatan ini diharapkan menciptakan sirkuit ekonomi: acara menarik minat publik, publik mendorong penjualan, penjualan memperkuat semangat perajin untuk terus berkarya.
Melalui rangkaian inisiatif tersebut, Dekranas menargetkan pelestarian batik bukan semata menjaga warisan, melainkan menjadikannya sumber kebanggaan dan kesejahteraan. “Batik adalah cerita tentang siapa kita. Tugas kita memastikan ceritanya terus berlanjut, relevan, dan menyejahterakan,” tutup Tri.
